Makalah

Simbiosis Mutualisme antara Mahasiswa dan Dosen

Di Fakultas Dakwah UIN SUKA

          Pendidikan merupakan salah satu faktor utama dalam pembentukan karakter bangsa. Pendidikan berperan dalam membentuk baik dan buruknya suatu bangsa kedepannya, diharapkan sistem pendidikan yang baik akan membentuk pribadi seseorang yang berkualitas sehingga menjadikan bangsa ini juga berkualitas.Reformasi pendidikan merupakan respon terhadap perkembangan tuntutan global sebagai suatu upaya untuk mengadaptasikan sistem pendidikan yang mampu mengembangkan sumber daya manusia untuk memenuhi tuntutan zaman yang sedang berkembang. Melalui reformasi pendidikan, pendidikan harus berwawasan masa depan yang memberikan jaminan bagi perwujudan hak-hak azasi manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan prestasinya secara optimal guna kesejahteraan hidup di masa depan.

Dalam hal ini mahasiswa sebagai calon-calon intelektual dan cenekiawan di masa depan (Suwono, 1978). Mampu menjadi solusi dalam berbagai problem yang ada di bangsa ini, berkualitas tidaknya mahasiswa setelah lulus itu bisa dilihat dari proses pembelajaran mereka selama berada di perguruan tinggi dan sistem pendidikan yang ada di perguruan tinggi itu sendiri. Dalam dunia mahasiswa ada klasifikasinya tersendiri pertama mahasiswa kupu-kupu adalah mahasiswa yang kerjaannya kuliah pulang-kuliah pulang klasifikasi ini cenderung biasanya diidentikan dengan mahaiswa yang apatis karena biasanya mahaiswa jenis ini cenderung tidak peduli terhadap keadaan lingkungan sekitarnya jiwa apatis nantinya akan sangat bahaya ketika mahasiswa sudah lulus kemudian berbaur di masyarakat karena sebenarnya kenapa kehidupan bangsa ini semakin rusak bukan karena orang jahat semakin banyak, tapi semakin banyak orang yang memilih tidak peduli hingga siapapun yang menjadi pemimpin mereka tidak mau tau.

Kedua mahasiswa kura-kura adalah mahasiswa yang kerjaanya kuliah rapat-kuliah rapat mahasiswa ini biasanya cenderung hiperaktif selalu peka dan ingin tahu apa yang terjadi di lingkungan sekitar, diskusi dan membaca buku menjadi santapan sehari-harinya namun jangan sampai hanya sebatas wacana yang kemudian hanya akan menjadi angan-angan belaka nantinya.

Ketiga mahasiswa kunang-kunang adalah mahasiswa yang senangnya kuliah dan nangkring bisa dikatakan mahasiswa ini mempunyai hobi traveling (jalan-jalan) mahasiswa jenis ini biasanya mempunyai relasi yang cukup banyak.

Dalam proses pendidikan di universitas mahasiswa dan dosen adalah dua elemen yang sangat berkaitan erat tidak ada dosen kalau tidak ada mahasiswanya begitu sebaliknya, selain tenaga pengajar dosen juga berfungsi sebagai pembimbing bukan sebagai manusia yang mempunyai otoritas selalu mengatur mahasiswanya bahkan hingga ke wilayah ideologi, dalam hal ini mahasiswa seharusnya sebagai pelaku pendidikan bukan objek pendidikan sehingga kreatifitas mahasiswa menjadi terkungkung oleh nilai yang menjadi ancaman apabila tidak mengikuti apa yang di perintahkan oleh dosen.

Ada pokok penting yang harus diperhatikan dalam hubungannya dosen dan mahasiswa yaitu terkait simbiosis mutualisme yang ada, antara mahasiswa dan dosen itu apakah sudah terjalin hubungan yang yang saling menguntungkan, dengan melihat kondisi rill di Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ternyata hal itu tidak berjalan dengan baik dibuktikan banyak mahasiswa Fakultas Dakwah yang mengeluh mengenai dosennya ada banyak permasalahan yang dialami oleh mahasiswa Fakultas Dakwah terkait dosennya diantaranya dosen yang kurangmenguasai mata kuliah yang ampunya, sering memindah jadwal mendadak sehingga mahasisawa merasa di rugikan dan yang lebih parahnya lagi dosen yang selalu mengangap dirinya paling benar semua argument mahasiswa itu salah.

Di lain hal mahasiswa juga banyak yang menganggap dirinya paling benar sehingga perkuliahan dianggap hanya sebuah proses pencarian nilai bukan proses pencarian ilmu, dari permasalahan diatas dapat kita ambil beberapa point penting agar mahasiswa dan dosen bisa saling menguntungkan antara dosen sebagai pengajar atau pembimbing dan mahasiswa sebagai pelaku pendidikan bukan sebagai objek pendidikan yang selama ini berlaku di Fakultas Dakwah sehingga kebijakan selalu di pegang oleh pihak dosen dan Dekanat.

Kemudian pola komunikasi seperti apa yang harus kita bangun agar simbiosis mutualisme antara mahasiswa dan dosen di Fakultas Dakwah ini bisa berjalan dengan baik diantaranya:

1.      Dosen harus memfungsikan mahasiswa itu sebagai pelaku pendidikan bukan sebagai objek pendidikan, karena sampai saat ini nyatanya banyak dosen yang menjadikan mahasiswanya itu sebagai objek didikan seperti anak TK ( Taman Kanak-kanak).

 artinya ketika mahasiswa ini sebagai pelaku pendidikan nantinya dosen memposisikan   dirinya sebagai teman diskusi dan berbagi ilmu.

2.      Komunikasi yang intens harus dilakukan secara berkala antara dosen dan mahasiswa baik di dalam kelas maupun mengadakan diskusi-diskusi di luar jam kelas maka dengan komunikasi yang baik tidak aka nada istilah saling menyalahkan  karena kesalah pahaman tetapi lebih ke saling memahamkan.

3.      Melibatkan mahasiswa dalam pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh dosen dan pihak dekanat misalnya dalam tata tertib yang di buat di Fakultas, merancang kurikulum dan lain sebagainya. Hal ini bisa memanfaatkan lembaga kemahasiswaan di kampus sebagai organisasi pemerintahan yang ada di lingkungan mahasiswa, sehingga ketika mahasiswa mengetahui alas an dari pengambilan kebijakan tersebut dan tidak kaget tiba-tiba kebijakan itu sudah ada, apalagi kebijakan itu sangat merugikan mahaiswa yang lebih parahnya lagi dalam pembuatan kurikulum mahasiswa di berikan mata kuliah yang sama sekali tidak pas dengan yang ada di jurusannya masing-masing.

Ketiga point di atas dapat kita jadikan sebagai acuan bahwa bahwa simbiosis mutualisme antara dosen sangatlah penting khususnya untuk kemajuan Fakultas Dakwah sendiri umumnya bagi bangsa Indonesia, agar dapat saling bekerja sama dalam memajukan dan mensinergikan keilmuan umum dan islam agar dapat menjadi media dakwah yang jitu guna menghadapi tantangan globalisasi yang sangat mengerikan.